SUDAHKAH ANDA BERDOA DAN MENYAPA TUHAN HARI INI?

Minggu, 04 Maret 2012

BERBAHAGIALAH ORANG YANG LAPAR DAN HAUS AKAN KEBENARAN

“Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran,
karena mereka akan dipuaskan”
(Matius 5: 6)


Saat ini kita hidup di tengah-tengah lingkungan yang diwarnai dengan praktik-praktik hidup yang tidak benar. Korupsi di negeri ini seakan-akan telah menjadi “budaya” bangsa yang tidak bisa dihilangkan, karena praktek ini sudah mendarah daging ke seluruh komponen masyarakat di berbagai level. Mulai dari kalangan pejabat atau birokrat sampai rakyat, banyak yang terlibat dalam tindakan yang tidak benar ini. Sehingga tak heran, ketika ada orang yang mengatakan bahwa, “kalau pemimpin korupsi, maka bawahan dan masyarakat pun akan turut korupsi, sehingga praktek ini menjadi semacam gurita yang melilit dan mengakar di masyarakat”.


Begitu juga dengan potret penegakan hukum yang masih lemah. Penegakan hukum yang ada di Indonesia masih terkesan tebang pilih. Akibatnya banyak elemen masyarakat yang kecewa dengan lembaga peradilan negeri ini, sehingga pertentangan terhadap lembaga peradilan semakin menguak ketika seorang pejabat menjadi tersangka dalam penyalahgunaan wewenang dibebaskan tanpa diadili sesuai dengan hukum yang berlaku. Banyaknya pejabat yang bebas dari tindakan hukum, semakin memperlihatkan kepada kita bahwa penegakan hukum yang ada di Indonesia perlu dipertanyakan. 


Belum lagi persoalan intrik politik yang terjadi di kalangan politisi kita yang jauh dari etika dan moral sebagai seorang pemimpin dan penyampai aspirasi rakyat. Konflik yang pernah terjadi yang melibatkan anggota Badan Kehormatan (BK) DPR, seolah menunjukkan bahwa wakil kita di parlemen sama sekali tidak bisa memberikan teladan yang baik bagi masyarakat, bahkan cenderung mengajarkan etika kurang pantas dan tidak layak disebut sebagai penjaga moral DPR. Etika pejabat publik yang amoral tersebut, semakin mencederai nilai-nilai kebangsaan kita yang memegang teguh akhlak dan moral.


Dalam suasana hidup yang kita alami sekarang ini, Firman Tuhan bergema mengundang kita untuk mempraktikkan pola kehidupan yang benar. Praktik hidup menunjukkan betapa banyak penderitaan yang ditimbulkan karena tidak adanya keinginan yang sedemikian besar dan kuat dalam kehidupan manusia untuk hidup dalam kebenaran. Sikap tidak peduli, acuh tak acuh, dan hati yang dingin telah melahirkan jutaan penderitaan dan kematian dalam hidup manusia. Akan berbeda, bila setiap manusia memiliki keinginan dan kerinduan untuk melakukan kebenaran lebih dari keinginan-keinginan yang lainnya. Melihat hal ini, maka kebenaran sesungguhnya menjadi kebutuhan utama dalam hidup manusia pada masa sekarang.


Pengalaman menunjukkan bahwa manusia seringkali tidak menginginkan seluruh kebenaran, tetapi hanya sebagian saja. Misalnya: pada satu sisi, ada orang yang dikenal baik, tiap hari minggu ke gereja, aktif dalam pelayanan dan memberi banyak persembahan. Namun pada saat yang sama, orang itu melakukan korupsi, memutarbalikkan hukum, merampas hak karyawannya, dan suka memperdaya orang-orang yang lemah. Sementara pada sisi yang lain, ada orang yang terkenal jahat dan ditakuti karena sikapnya yang kasar, tetapi ia memiliki hati yang lembut, yang mudah tersentuh oleh penderitaan sesama. Kebenaran yang ditampilkan oleh dua orang di atas adalah kebenaran yang hanya satu sisi, belum merupakan kebenaran yang menyeluruh.


Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa tidak cukup bagi seseorang hanya puas dengan kebenaran yang sebagian saja, tetapi haruslah menginginkan seluruh kebenaran. Tuhan Yesus sendiri menempatkan kebenaran dalam seluruh kehidupan-Nya. Ia memberlakukan kebenaran yang utuh dan menyeluruh dalam hidup-Nya. Sebagai orang Yahudi, Ia mentaati aturan-aturan dalam agama Yahudi. Misalnya: semenjak kecil Ia sudah aktif bersama orang tua-Nya mengikuti berbagai ritual keagamaan di Bait Allah. Ia juga merayakan perayaan-perayaan agama dan taat pada peraturan agama. Namun, Ia juga sering bersikap kritis terhadap berbagai praktik kehidupan keagamaan yang dirasa menyimpang atau dilandasi motivasi yang keliru. Secara moral, Ia memiliki watak dan perilaku yang tidak tercela. Orang-orang tidak menemukan kesalahan yang dapat dituntut dari sikap moral yang tidak benar dalam hidup-Nya. Secara sosial, Tuhan Yesus berani memperjuangkan kebenaran untuk orang-orang yang terpinggirkan dan seringkali terjerat dalam kesulitan karena lemah, tertindas, dirampas haknya, dan sebagainya. 


Ketika Tuhan Yesus mengatakan, “berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran…”, pada hakekatnya, Ia juga menginginkan agar kita memiliki kerinduan yang mendalam untuk mempraktikkan seluruh kebenaran dalam hidup kita. Sekarang marilah kita bertanya pada diri kita, Seberapa besar kita menginginkan kebenaran dalam hidup kita? Apakah sebanyak makanan yang dibutuhkan oleh orang yang sedang kelaparan, dan sebanyak air yang dibutuhkan oleh seseorang yang akan mati karena kehausan?” Tuhan Yesus berkata, hanyalah orang yang menginginkan seluruh kebenaran dalam hidupnya yang akan dipuaskan. 


Ada seorang pemuda yang mendatangi seorang pertapa dengan sebuah permintaan, “Tunjukkanlah kepadaku bagaimana saya harus melakukan kebenaran dalam hidup saya?” Pertapa itu bertanya, “Seberapa besar kerinduanmu?” Orang muda itu menjawab, “Lebih dari apapun di dunia ini.” Sang pertapa kemudian membawa orang muda itu ke tepi danau dan mereka masuk ke dalam danau sampai air danau mencapai leher.  Kemudian sang pertapa menekan kepala orang muda itu ke dalam air.

Pemuda itu berjuang dengan susah payah dan sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari tangan sang pertapa. Tapi sang pertapa itu tidak melepaskannya sampai si pemuda itu hampir tenggelam. Ketika mereka sudah sampai di tepi danau, pertapa itu bertanya kepada si pemuda, “Anakku, ketika engkau berada di dalam air, apa yang engkau inginkan lebih dari segala yang lain?” Tanpa ragu, pemuda itu menjawab, “udara”. Baik, ketika engkau menginginkan kebenaran seperti engkau menginginkan udara tadi, maka matamu akan terbuka terhadap keajaiban Allah. (disadur dari buku 111 Cerita & Perumpamaan bagi Para Pengkotbah Dan Guru, Kanisius, Yogyakarta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar