SUDAHKAH ANDA BERDOA DAN MENYAPA TUHAN HARI INI?

Rabu, 06 Februari 2013

MELAYANI = MEMBERDAYAKAN


Bacaan : Matius 25 : 31 – 40

”... Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”
 (Mat 25: 40)

Sejak masuk ke pertokoan di Jl. Bhayangkara, Amir (nama samaran) – menurut pengakuan sejumlah pramuniaga – sepintas memang terlihat gugup. Beberapa saat dia hanya mengamat-amati barang-barang yang dipajang di toko swalayan tersebut, termasuk ketika dia sampai di rak yang berisi berbagai macam susu kaleng.

Karena banyaknya pembeli, para pramuniaga pun tidak begitu memperhatikan dia. Hingga pada suatu kesempatan, lelaki tersebut menyelinapkan sekaleng susu import ke balik bajunya yang longgar. Tubuhnya terlihat berkeringat, wajahnya sedikit memucat. Agaknya, terjadi pertarungan yang hebat di benak lelaki tersebut atas perbuatan beresiko yang dilakukannya. Tapi, Amir cukup lega setelah berhasil melewati kasir. Hanya, mungkin karena tak terbiasa melakukan kejahatan, Amir tidak bisa melepaskan diri dari rasa gugupnya. Cara berjalannya aneh dan tampak hati-hati mirip robot, akhirnya menimbulkan kecurigaan. Amir pun digeledah satpam. Saat itu, terbukti di balik bajunya ada sekaleng susu curian.
           
”Saat memutuskan mencuri, saya menangis. Tapi, anak saya benar-benar butuh susu itu,” katanya saat diinterogasi satpam pertokoan. Amir mengatakan bahwa sudah satu minggu anaknya sakit panas. ”kata Pak Mantri, anak saya radang tenggorokan dan sudah diberi obat,” jelas Amir. Tetapi, lanjutnya, ”panas badan anak saya belum turun. Bahkan nafsu makannya kian menurun karena tenggorokannya sakit kalau dibuat menelan makanan.” Amir mengaku membawa lagi anaknya ke pak mantri tersebut, ”Pak Mantri menyarankan saya untuk beli susu merek ini,” ujarnya. Tapi dia mengaku bingung karena tak punya uang sebanyak harga susu import tersebut.
           
Tentu saja, pengakuan itu tidak begitu saja dipercaya pihak satpam. Tapi, Amir berusaha meyakinkan satpam. ”Kalau bapak tidak percaya, bisa dicek ke rumah saya,” ujarnya seraya memberikan alamt rumahnya, untung, satpam yang menginterogasi itu cukup bijak. Setelah melepaskan seragam satpam, dia mendatangi alamat yang diberikan Amir. Setelah dicek langsung, yang dikatakan Amir ternyata benar.

Satpam itu mendapati istri Amir yang tampak kuyu sibuk menenangkan anaknya yang menangis dalam kondisi lemah dan pucat karena sakit yang dideritanya. Para tetangga juga memberikan masukan pada satpam, bahwa selama ini Amir kehidupannya lurus-lurus saja. Atas dasar itu, pihak pertokoan – untuk sementara – membiarkan Amir pergi sambil menunggu hasil konsultasi dengan polisi.

Kisah Amir tersebut, mewakili kisah hidup sedemikian banyak orang yang kurang mampu di negeri ini. Mereka mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup yang mendasar bagi keluarga mereka. Kemampuan mereka terbatas, tidak ada pekerjaan tetap yang dapat dijadikan tumpuan harapan memperoleh penghasilan rutin, sementara mereka berhadapan dengan kehidupan yang semakin berorientasi pada materi. Lahan pekerjaan semakin sempit, tetapi di sisi lain, biaya kebutuhan hidup pokok semakin membumbung tinggi.

Sebagai pribadi-pribadi yang sudah mendapatkan kasih karunia dan berkat Tuhan, kita diperhadapkan pada situasi hidup manusia yang seperti ini. Pertanyaannya, peran apakah yang telah kita lakukan untuk orang-orang seperti Amir ini?  Sabda Tuhan pagi ini dengan jelas mengingatkan kepada kita bahwa, kita harus mengambil peran yang nyata bagi orang-orang yang seperti Amir ini. Perhatian dan pelayanan kita kepada mereka yang kecil, lemah, miskin, dan tersingkir, akan dipandang dan dihargai Tuhan Yesus sebagai suatu bentuk pelayanan kita kepada Dia. Mungkin apa yang kita lakukan itu kelihatannya kecil dan tidak berarti. Tetapi, oleh Tuhan, itu semua akan tetap dipandang sebagai suatu perbuatan mulia yang telah kita lakukan untuk-Nya.

Selamat melayani ”orang-orang kecil” dalam kehidupan ini. Kiranya, melalui pelayanan kita, kemuliaan Tuhan boleh disaksikan dan banyak orang menjadi berdaya dalam menghadapi kerasnya tantangan kehidupan. Tuhan memberkati. Amin.


”Ukuran keberhasilan pelayanan bukan terletak pada seberapa banyak orang yang telah kita layani; melainkan seberapa banyak orang yang menjadi berdaya karena pelayanan kita.”