SUDAHKAH ANDA BERDOA DAN MENYAPA TUHAN HARI INI?

Jumat, 23 Maret 2012

REFLEKSI MENYONGSONG JUMAT AGUNG 2012


 YESUS YANG DISALIB



Refleksi menyongsong Jumat Agung ini diambil dari sebuah karya besar Kahlil Gibran yang ditulisnya pada hari Jumat Agung dan dimuat dalam Bunga Rampai Al-Awasif (Prahara), yang diterbitkan oleh penerbit Idarah al-Hilal, di Kairo pada musim panas tahun 1920. Al-Awasif sendiri merupakan kumpulan karya-karya  Gibran yang ditulis antara tahun 1912-1918.

Hari ini, dan pada hari yang sama tiap-tiap tahun, anak-anak manusia terjaga dari tidur lelap mereka dan berdiri di depan hantu-hantu zaman, memandang dengan mata duka ke arah Jabal Julguta untuk menyaksikan Yesus dari Nazaret dipakukan di kayu salib. Tetapi ketika hari siang itu berlalu dan malam pun datang, anak-anak manusia kembali berdoa dan berlutut di hadapan berhala-berhala, berdiri tegak di atas tiap-tiap puncak bukit, tiap-tiap padang rumput, dan tiap-tiap musim menuai gandum.

Hari ini pula, jiwa-jiwa orang Kristen naik di atas sayap-sayap kenangan dan terbang menuju Yerusalem. Di sana mereka akan berdiri saling bergerombol, memukuli dada mereka sendiri seraya memandang Yesus yang dimahkotai ayaman semak duri, tangan-Nya mencekam di hadapan cakrawala, dan memandang dari balik kerudung kematian menuju kepada kedalaman Kehidupan. Namun tatkala tirai malam hampir di atas panggung siang dam drama singkat itu berakhir, orang-orang Kristen segera bergegas pulang dalam kelompok-kelompok mereka, lalu merebahkan diri dalam bayang-bayang kelupaan masa silam, di antara selimut-selimut lepas kegoblokan dan kemalasan.

……

Perempuan yang menyibukkan diri mereka dalam kemewahan hidup akan bangkit  hari ini dari tempat duduknya, untuk melihat kesedihan Bunda Maria, Sang Perawan Suci yang berdiri di depan kayu salib laksana pohon muda nan lembut di depan amukan prahara. Dan begitu mereka mendekatinnya, mereka akan mendengar suatu ratapan mendalam dan suatu dukacita yang teramat pedih.

Para kawula muda dan wanita yang berpacu dengan arus deras peradaban modern akan berhenti sekarang ini, dan memandang ke belakang melihat Maria Magdalena yang muda mencuci dengan air matanya noda-noda darah dari Sang Manusia Suci yang sedang tergantung di antara langit dan bumi, dan ketika mata dangkal mereka  bosan dengan adegan itu, mereka akan berangkat pergi sambil tertawa-tawa.

Pada hari ini tiap-tiap tahun, kemanusiaan terjaga bersama kesadaran musim semi, dan berdiri meratap di bawah lelaki dari Nazaret yang menderita, lalu menutup matanya dan menyerahkan dirinya kepada kelelapan tidur. Tetapi musim semi akan tetap terjaga, tersenyum, dan bergerak maju hingga bergabung dengan musim panas, mengenakan busana keemasan harum mewangi. Kemanusiaan adalah orang berduka yang tenggelam meratapi kenangan-kenangan, dan para pahlawan segala zaman. Apabila kemanusiaan memiliki pengertian, ia akan bergembira melebihi kemuliaan mereka. Kemanusiaan itu laksana seorang bocah berdiri dalam keriangan seekor binatang buas yang terluka. Kemanusiaan tertawa di depan kekuatan aliran deras yang membawa ke dalam pelupaan cabang-cabang kering pepohonan, dan menghanyutkan dengan mantap benda-benda yang tidak diikatnya dengan kuat.

Kemanusiaan itu melihat Yesus dari Nazaret sebagai seorang yang dilahirkan melarat, menderita sengsara, dan dihina dengan segala kelemahan-Nya. Tetapi Yesus dikasihi, karena kemanusiaan percaya bahwa Ia telah menyalibkan penderitaan. Dan smua tawanan kemanusiaan itu baginya adalah jeritan, tangisan, dan ratapan. Selama berabad-abad kemanusiaan telah memuja-muja kelemahan pada Pribadi Sang Juruselamat.

TIDAK! Lelaki dari Nazaret itu tidak lemah. Yesus itu perkasa. Tetapi orang-orang menolak untuk mengindahkan makna hakiki dari kekuatan-Nya. Sesungguhnya, Yesus tidak pernah hidup dalam kemiskinan dan ketakutan. Ia tidak pernah mati dalam penderitaan, tetapi Yesus kaya raya. Dia disalibkan sebagai seorang Pahlawan perang, dan mati sebagai seorang yang gagah perkasa. Ia wafat dengan suatu heroisme yang membuat takut para pembunuh dan penyalib-Nya.

Ya, Yesus bukanlah seekor burung dengan sayap-sayap yang patah. Dia adalah prahara yang mengamuk dan mematahkan sayap-sayap yang bengkok.  Dia tidak pernah gentar dengan para penganiaya dan musuh-musuh-Nya. Dia tidak menderita di depan para pembunuh-Nya. Yesus bebas dan berani merancang semua orang kejam dan para penindas bengis. Yesus melihat bisul-bisul menular dan memotongnya. Dia bungkam semua kejahatan dan segala pengkhianatan.

Yesus tidak datang dari jantung lingkaran terang untuk merusak rumah-rumah dan di atas reruntuhannya mendirikan biara-biara. Yesus tidak membujuk orang kuat untuk menjadi rahib dan imam, tetapi Ia datang untuk menumbuhkan di jagad raya ini semangat baru, dengan kekuatan menghancurkan pondasi dari monarki apa saja yang dibangun di atas tulang-tulang dan tengkorak manusia.  Yesus datang untuk merobohkan istana-istana megah, dan membangun kuburan-kuburan bagi si lemah, menghancurkan berhala-berhala yang berdiri di atas raga-raga si miskin.

Yesus tidak diutus ke dunia ini supaya mengajar manusia untuk mendirikan gereja-gereja megah dan katedral-katedral yang bagus di tengah gubuk-gubuk pengap dan pondok-pondok suram orang-orang yang malang. Dia datang untuk membuat hati manusia menjadi sebuah Bait Allah, dan jiwa manusia menjadi mezbah, dan pikiran manusia menjadi imam.

Inilah misi kedatangan Yesus orang Nazaret, dan inilah ajaran-ajaran yang disampaikan kepada kita untuk apa Yesus telah disalibkan. Dan apabila kemanusiaan tersebut baik adanya, maka kemanusiaan itu akan tegak berdiri sampai sekarang ini, dan menyenandungkan dengan lantangnya tembang penaklukan dan kidung pujian kemenangan.

Selamat menyongsong hari Jumat Agung. Kiranya makna kematian Kristus membuat kita sadar akan apa yang Ia kehendaki melalui peristiwa penyaliban yang dialami-Nya, sehingga selaku umat-Nya, kita dimampukan untuk meneruskan perjuangan-Nya untuk membuat jagad raya ini menjadi lebih baik. Tuhan memberkati. Amin.